Adaro Progresif, Jadi Motor Pemberdayaan Masyarakat

 1,037 total views,  1 views today

Gambar: Eka menampilkan produk UMKM Dapur Pepaya

“Susah mas dahulu, dengan alat seadanya produk kita (Dapur Pepaya, red) pernah mendapat komplain dari konsumen. Produk kita pernah dikembalikan,” kata Eka.

TANJUNG, Mercubenua.net – Upaya pemerintah dalam rangka menggeliatkan perekonomian melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), ternyata tidak terlepas dari kiprah PT Adaro Indonesia.

PT Adaro Indonesia yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai perusahaan pertambangan batubara itu, sedikit banyak telah memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan sektor UMKM di sekitar wilayah proyek konsesinya.

Berdiri sejak medio 80-an yang lalu, Adaro kini menjadi salah satu motor penggerak yang membantu pemerintah dalam program pengembangan UMKM.

Tidak saja sektor UMKM, Adaro seyogyanya berharap keberadaannya bisa memberikan dampak lebih positif. Terutama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan terjun langsung melalui pemberdayaan dan pembinaan. 

Menjadi motor pemberdayaan masyarakat disekitar wilayah konsesi tambang, dapat dicatat berbagai pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh PT Adaro Indonesia untuk mengembangkan UMKM.

Misalnya, seperti di Desa Juai Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Disana, Adaro mendampingi masyarakat memproduksi beragam produk makanan berupa cemilan dari buah pepaya.

Sama seperti yang lain, mungkin bagi Adaro, ukuran sebuah keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya ekonomi baru.

Beragam produk cemilan dari buah pepaya itu cukup laris. Produk dari Dapur Pepaya telah mendapatkan izin dari pemerintah pada 2022. Merek Dapur Pepaya juga sudah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM sebagai Pelaku Ekonomi Kreatif.

Salah satu penggerak produk Dapur Pepaya adalah Eka. Perempuan yang pernah bekerja di perusahaan jasa konstuksi itu adalah pemimpin UMKM Dapur Pepaya. Usahanya ini menjadi angin segar bagi warga, khususnya untuk petani pepaya di sekitarnya.

“Setiap harinya ada saja warga yang mengantarkan buah pepaya, buahnya dipetik dari kebun,” kata Eka kepada Mercu Benua memulai kisah Dapur Pepaya, beberapa waktu lalu di Tanjung.

Ibu Rumah Tangga dengan dua anak ini mengungkapkan, dirinya sebenarnya juga ada memiliki kebun pepaya namun itu tidak mencukupi akan kebutuhan produksi di Dapur Pepaya sendiri.

“Ada sih sekitar 20 batang-an, tapi itu sebenarnya kurang, makanya kita membeli buah pepaya dari petani,” ujar Eka.

Dalam satu bulan saja,  produksi Dapur Pepaya membutuhkan lebih dari 100 kg buah pepaya yang harus diolah menjadi aneka cemilan yang sudah ditunggu oleh Reseller (Distributor, red).

“Kita bekerjasama dengan toko-toko dan sekolah, kita juga pernah meresellerkan Produk Dapur Pepaya di Banjarmasin,” jelasnya.

Saat proses produksi ia dibantu warga sekitar, sesekali sambil mengajarkan mereka bagaimana cara-cara mengolah yang benar.

“Saat proses produksi kita dibantu warga, ada yang mengupas kulit buah pepaya, ada yang membantu menggoreng. Kita upah perhari,” ujarnya lagi.

Menurut Eka, keberhasilan Dapur Pepaya memproduksi beragam olahan buah pepaya tak lepas dari pendampingan PT Adaro Indonesia dan Pemda Tabalong. Keduanya bahu-membahu untuk membangun dan mengangkat UMKM lokal agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.

Selain permodalan, Eka menjelaskan, salah satu porsi PT Adaro Indonesia pada konsep pendampingan terhadap Dapur Pepaya adalah menyiapkan peralatan pendukung seperti Food Dehydrator (Mesin Pengering Makanan), Food Spinner (Mesin Pengering Minyak), Oven hingga bantuan pengemasan hasil produk. Sementara dari Pemda Tabalong pihaknya mendapatkan beragam pelatihan dan edukasi terkait langkah-langkah agar usaha kecil mampu bersaing.

“Susah mas dahulu, dengan alat seadanya produk kita (Dapur Pepaya, red) pernah mendapat komplain dari konsumen. Produk kita pernah dikembalikan,” kata Eka.

Hingga kini, Eka melalui Dapur Pepaya terus melakukan beragam produksi aneka makanan ringan dari buah pepaya.

Buah yang populer disebutkan berasal dari Negara Meksiko bagian selatan dan Nikaragua dengan bahasa latin Caraca Papala L itu, oleh Dapur Pepaya diolah menjadi beragam produk makanan. Mulai dari Kripik Pepaya, Sukade Pepaya, Permen Pepaya dan yang terbaru adalah Abon Pepaya.

“Dapur Pepaya mencoba berinovasi, terbaru ada Aboya. Mungkin masih banyak yang belum tahu kita memproduksi Abon Nabati dari buah pepaya,” ungkap Eka.

  • Terus Berinovasi    
Gambar: Berinovasi, Dapur Pepaya memproduksi Crakers Daun Kelor

Campur tangan PT Adaro Indonesia dan Pemda Tabalong dalam pendampingan UMKM memberikan efek domino. Tidak saja mempermudah kegiatan produksi, ternyata, bantuan-bantuan itu mampu menginspirasi pelaku usaha untuk mengembangkan UMKMnya dengan melakukan inovasi.

Pada UMKM Dapur Pepaya saja, Eka mampu membuat sebuah produk baru dari Daun Kelor.

“Tidak cuma Aboya atau Abon buah pepaya, kita berinovasi dari bahan yang lain, kita memproduksi Crakers Daun Kelor,” bebernya.

Saat ditanya adakah kendala dalam menjalankan UMKM Dapur Pepaya, Eka nampak kebingungan menyampaikan ungkapan yang tepat.

“Bagaimana ya? dibilang susah sih tidak. Oh iya, kalau bisa kita didampingi lagi terkait masalah untuk memperluas jaringan pemasaran produk, termasuk dibantu peralatan pendukung lainnya seperti mesin Vacuum Frying,” harap Eka.

Vacuum Frying jelas Eka adalah mesin yang biasa digunakan khusus untuk menggoreng buah-buahan dan sayur-sayuran yang relatif memiliki kandungan air yang tinggi, tetapi tidak menghilangkan nutrisi dari bahan tersebut.

“Kemaren kepengin sih minta Mesin Vacuum Frying tetapi malu karena baru memulai pendampingan sama Adaro,” imbuhnya.

Dapur Pepaya sendiri, sejak pertengahan tahun 2023 lalu menjadi salah satu UMKM Binaan PT Adaro Indonesia. Semula Eka dengan Dapur Pepayanya mengikuti acara tahunan Adaro Spectapreneur dan terpilih bersama Sembilan UMKM lainnya untuk mengikuti program pembinaan.

Ia dengan usahanya di Dapur Pepaya awalnya mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tabalong.

Dalam mengolah buah papaya Eka belajar dengan cara coba-coba dan otodidak melalui kanal Youtube.

Sebelum membangun usaha kecil di Dapur Pepaya, jiwa wirausaha Eka sudah tertanam sejak dahulu. Ia pernah menjalankan usaha sebagai pedagang bakso dan juga sering membuatkan pesanan aneka kue untuk keperluan setiap kali ada kegiatan acara warga. Misalnya seperti acara Perkawinan, Syukuran, Hajatan dan sebagainya. Namun usahanya saat itu terganggu karena adanya kebijakan pemerintah untuk memerangi pendemi Covid – 19 dengan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Terpisah, Adaro Spectapreneur merupakan salah satu komitmen PT Adaro Indonesia dalam mendukung Pemerintah dalam memajukan UMKM.

External Relation Division Head PT Adaro Indonesia, Rinaldo Kurniawan saat kegiatan tersebut diadakan, menyampaikan Adaro Spectapreneur adalah sumbangsih pihaknya dalam upaya memajukan UMKM Lokal.

“PT Adaro Indonesia ingin memberikan kontribusi terhadap kemajuan UMKM lokal,” tegasnya. (din)