Mengintip Keberadaan Bendung Pitap Sebagai Potensi Pendongkrak Ekonomi Masyarakat Balangan

“Disebelah itu mas, yang airnya sangat dalam disana itu banyak ikan Nilanya. Biasanya ada orang yang menembak ikan Nilanya dari atas dan dapatnya selalu diatas setengah kilo lebih per ekor ikan. Tidak pernah kita pancing disitu, karena tidak bisa memancing ikan Nila”, bebernya.

Foto: Manfaatkan Pemandangan alam yang indah, salah satu pengunjung abadikan momen di Bendung Pitap

PARINGIN, Mercubenua.net – Hari itu cuaca memang sangat terik. Beberapa kali terlihat seorang laki-laki yang tengah asyik duduk disalah satu sudut di pinggiran Bendung Pitap mengusap peluh di keningnya dengan lengan baju yang panjang namun tetap tidak kehilangan fokus tengah memperhatikan sesuatu.

Meski berada ditempat yang teduh dan tidak terkena langsung dengan cahaya matahari yang perlahan sudah mulai tergelincir kala itu, namun keringat tetap mengucur dari pori-pori kulitnya yang nampak memerah karena kepanasan.

Ia adalah Rais. Rais ketika itu sedang memancing di lokasi Bendung Pitap. Ikan buruannya adalah “Ikan Baung”. Rais kala itu tidak sendirian, ia bersama rekannya yang ia kenal. Ya, juga melakukan aktifitas menangkap ikan. Namun hanya caranya saja yang berbeda. Jika Rais menggunakan pancing, rekannya malah menggunakan jaring atau jala. Untuk hasilnya tentu Rais tidak akan iri dengan rekannya itu. Sesuai usahalah.

Rutinitas memancing ikan di Bendung Pitap, hampir setiap hari dilakoni Rais. Selain mengisi waktu kosong melepas penat dan lelah selepas mejalani rutinitas sehari-hari sebagai penyadap karet juga sebagai wahana untuk memikirkan hal apa yang dilakukan untuk terus bertahan ditengah sulitnya masa sekarang ini.

Melalui memancing itu, ia bersama istri dan kedua anaknya mendapatkan asupan tambahan gizi dari makan ikan. Meski sesekali tak jarang dia mengalami “Boncos” atau gagal dapat ikan sama sekali. Penyebabnya bermacam-macam, bisa karena kondisi air di Bendung Pitap yang terlampau keruh atau pun terlalu jernih hingga ikan yang pada malas makan.

“Kada setiap hari pang dapat, kadang-kadang dapat tapi halus, jadi kita lapas ai iwaknya. Daripada stress baik kita bawa maunjun”, kata Rais dengan logat Banjarnya memulai kisah ketika dihampiri awak media SKU Mercu Benua di Bendung Pitap, beberapa waktu lalu.

Memancing di Bendung Pitap tidak hanya ia seorang saja. Ungkap Rais dalam waktu tak kurang dari satu jam akan datang orang-orang lainnya yang juga sama-sama memancing ikan disana.

“Biasanya tidak lama lagi akan berdatangan orang yang sengaja memancing disini, ada yang saya kenal mas ada juga orang yang dari jauh”, tambahnya lagi.

Kepada wartawan, Rais mengungkapkan bahwa sebenarnya disini memang tidak diperkenankan untuk memancing atau berburu. Namun karena kebutuhan dan juga untuk refreshing diri, dirinya mengaku coba coba saja untuk memancing di Bendung Pitap.

“Belum pernah sih ditegur, selama kita behati-hati ya saya kira tidak apa sepertinya”, ujarnya.

Dan memang benar saja, di Bendung Pitap memang ada beberapa kegiatan yang dilarang. Pelarangan tersebut tertuang pada plang yang bertulisan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Diantaranya mandi dan memancing.

Menurutnya, memang kehadiran Bendung Pitap secara nyata membawa asa baru bagi masyarakat Balangan. Khususnya bagi warga yang keberadaannya memang berdampingan dengan kawasan Bendungan tersebut.

Bagaimana tidak, sebut Rais keberadaan Bendungan yang terletak di Desa Nungka Kecamatan Awayan itu sejatinya memang harus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang memiliki peran dan fungsi untuk dimanfaatkan mulai sebagai penyimpanan air, pengendalian banjir dan irigasi.

Dalam cerita Rais yang cukup panjang itu, sempat Rais bergumam andai saja ini dapat dimanfaatkan untuk nelayan mencari ikan tentu kiranya akan bisa menambah gerak perekonomian masyarakat sekitar Bendung Pitap.

“Disebelah itu mas, yang airnya sangat dalam disana itu banyak ikan Nilanya. Biasanya ada orang yang menembak ikan Nilanya dari atas dan dapatnya selalu diatas setenga  kilo lebih per ekor ikan. Tidak pernah kita pancing disitu, karena tidak bisa memancing ikan Nila”, bebernya.

Entah sudah ada atau tidak, ia berharap dinas terkait yang ada di Balangan bisa memberikan fasilitasi kepada masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumber perikanan di sekitar Bendung Pitap ini.

“Sayang mas ai, kalau tidak dimanfaatkan, hitung-hitung membantu perekonomian masyarakat. Kalau baca berita di Daerah orang bendungan juga dapat dimanfaatkan sebagai ladang ekonomi masyarakat sekitar melalui pemanfaatan potensi di sektor wisata dan pengembanagan perikanan”, kata Rais lagi sambil sesekali menghisap sebatang rokok ditangannya.

Menurut Rais, meski dirinya hanya orang biasa dan seoarang petani karet namun dia memiliki mimpi suatu saat nanti di daearah Bendung Pitap ada pengembangan kawasan untuk menjadi ekowisata termasuk memanfaatkan sumber daya ikan yang ada disitu.

“Menurut saya dari pada nanti dipenuhi tanaman liar, ini bisa dikembangkan untuk menjadi tempat wisata dan perikanan. Jadi lebih memberikan manfaat ke tengah masyarakat. Disamping juga bermanfaat untuk pertanisn di Balangan”, tutur Rais.

Bagi Rais adanya Bendung Pitap di daerahnya adalah sebuah kebanggaan baginya karena dapat memberikan berkontribusi dalam pembangunan daerah.

“Kita bangga Bendung Pitap hadir disini, apalagi dengan melibatkan para pemuda di wilayah sekitar, mudahan bisa meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat,” kata Rais dengan senyum kecilnya.

Diketahui, kehadiran Bendung Pitap di Desa Nungka, Kecamatan Awayan, Kabupaten Balangan, telah memberikan kemudahan kepada warga untuk mendapatkan air dengan menggunakan sistem Pamsimas yang telah terhubung kerumah-rumah dengan pipa yang telah dipasangkan. Sebelumnya sebagian warga disana menggunakan sumur untuk ketersedian air.

Bendungan Pitap yang dibangun pada tahun 2015 hingga 2018 lalu menjadi sumber aliran air dan irigasi bagi pertanian dengan luas ribuan hektare yang tersebar pada beberapa kecamatan.

Bendungan yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Kalimantan II itu Mengairi daerah irigasi Pitap seluas kurang lebih 4.144 hektare yang mencakup wilayah Paringin, seluas 1,073 hektar, Putat Basiun, Kecamatan Awayan seluas 1.027 hektare, Lok Batung, Kecamatan Batumandi seluas 577 hektar, Sikontan, Baramban, Purun dan Badalungga seluas 410 hektare.

Disamping menjadi sumber air dan membantu perairan untuk sawah warga, juga menjadi tempat bersantai warga.

Bagi warga yang ingin berswafoto bisa memanfaatkan bentangan Pegunungan Meratus sebagai latar belakang gambar. Pasalnya disana juga cukup sangat nampak sekali keindahan alam yang tersaji di sekeliling Bendung Pitap. (din)